THE GRAIN IN THE STONE
Ketika peradaban manusia di muka bumi ini dimulai mereka sudah memiliki pola pikir dan insting untuk bertahan hidup meskipun pola pikirnya masih rendah dan instingnya masih terlalu lemah, jadi mereka hanya bertahan hidup secara primitive saja. Dimulai dari zaman batu tepatnya pada zaman mesolithikum para manusia untuk bertahan hidup dengan cara berburu dan mengambil segalanya dari alam yang bisa dia konsumsi dan urusan tempat tinggalnya mereka tinggal di dalam goa goa pada perbukitan dan pegunungan dan masih nomaden atau berpindah – pindah mengikuti insting mereka.
Pada zaman neolitihkum pola pikir dan insting untuk bertahan hidup manusia mulai berkembang. Manusia sudah mulai mengenal dengan hal bercocok tanam, berternak, membuat tembikar dan menenun, dan juga pola tempat tinggal yang mulai menetap pada satu tempat meskipun masi dalam goa – goa dan gubuk - gubuk kecil yang di bangun seadanya dari ranting pepohonan. Seni bangunan manusia untuk bertahan hidup mencapai titik balik atau sebagai awal perkembangan manusia yang dalam hal ini yaitu berkembangnya manusia dalam hal seni bangunan terjadi pada zaman megalhitikum ketika manusia sudah mulai mengenal kepercayaan dan tradisi realigi berkembang pesat. Sebagai contohnya adalah pundek berundak
Meskipun bentuknya yang biasa saja namun berawal dari sinilah manusia mulai mengembangkan naluri dan istingnya untuk mengembangkan seni bangunannya dengan berbagai tujuan, dari sekedar sebagai tempat tinggal, tempat ibadah, atau tempat untuk perhelatan acara. Seluruh manusia di belahan dunia mengalami perkembangan seni bangunan baik cepat ataupun lambat. Kita ambil contohnya saja coloseum roma yang terkenal samapai sekarang dan diambil sebagai salah satu keajaiban dunia yang terkenal, tempat tersebut di gunakan sebagai tempat para gladiator untuk bertarung dan sampai sekarang bangunan tersebut masih berdiri meskipun sudah agak tidak utuh lagi.
Adapun dari belahan bumi lain perkembangan seni bangunan yang di bangun pada abad sebelum masehi namun masih bisa kita nikmati sampai sekarang yaitu taman gantung di babylonia yang di bangun pada tahun 600 SM.
Taman gantung yang dibangun Raja Nebukadnezar II yang puncak kejayaannya sekitar 612 SM, kemudian menjadi sangat terkenal ke seluruh penjuru dunia dan dikagumi rancangannya hingga kini. Taman Gantung Babylon ini kemudian menjadi monumen agung Kerajaan babylon yang tiada duanya. Luas taman ini diperkirakan 4 are (1 acre = 4046.86 m²). Wujud arsitekuralnya sangat unik, karena bertingkat-tingkat. Taman ini ditanami berbagai pepohonan indah dan dilengkapi sistem pengairan hingga ketinggian 100 meter di atas permukaan tanah. Dari puncak taman ini dapat disaksikan pemandangan di sekeliling Kerajaan Babylonia.
Di daratan afrika juga terdapat bangunan yang di bangun pada zaman sebelum masehi yaitu piramida giza yang terletak di mesir.
Piramida Agung Giza adalah bagian utama dari kompleks bangunan makam yang terdiri dari dua kuil untuk menghormati Khufu (satu dekat dengan piramida dan satunya lagi di dekat Sungail Nil), tiga piramida yang lebih kecil untuk istri Khufu, dan sebuah piramida "satelit" yang lebih kecil lagi, berupa lintasan yang ditinggikan, dan makam-makam mastaba berukuran kecil di sekeliling piramida para bangsawan. Salah satu dari piramida-piramida kecil itu menyimpan makan
ratu Hetepheres(ditemukan pada tahun 1925), adik, dan istri Sneferu serta ibu dari Khufu. Juga ditemukan sebuah kota, termasuk sebuah pemakaman, toko-toko roti, pabrik bir, dan sebuah kompleks peleburan tembaga. Lebih banyak lagi bangunan dan kompleks ditemukan oleh Proyek Pemetaan Giza.
Dari sekian banyak bangunan yang indah yang di bangun pada abad sebelum masehi yang menjadi pokok permasalahannya bukan Yang dinilai adalah bagus tidaknya bangunan tersebut melainkan bagaimana bisa pada zaman dahulu bisa dapat membuat bangunan seperti ini dan masih bisa kita nikmati dan berdiri dengan kokohnya sampai sekarang serta apa rahasianya yang digunakan oleh orang-orang romawi untuk membuat bangunan tersebut teknik-teknik yang digunakan oleh orang – orang zaman dahulu untuk membnagun sesuatu tanpa adanya bantuan teknologi sama sekali dan sekarang masih menjadi topik perbincangan oleh orang-orang dan kalangan –kalangan ilmuwan sekalipun. Sedangkan untuk di yunani yang dikenal sebagi negara dengan seribu dewa banyaknya kuil-kuil yang dipercaya oleh orang-orang zaman dahulu untuk tempat peribadahan kepada dewa mereka yaitu zeus.
Tanpa disadari perkembangan seni bangunan yang terjadi dari zaman sebelum masehi dilatari oleh sebuah berkembangnya agama yang membawa suasana pembaharuan dalam dunia arsitektur bangunan seperti perkembangan arsitektur gereja
Awal Arsitektur Kristen
GEREJA diperkirakan berasal dari bahasa Spanyol yaitu igreya. Sebutan gereja di Indonesia sudah demikian akrab dan menjadi identitas untuk bangunan suci bagi umat kristiani. Bangunan gereja dalam imajinasi penulis adalah bangunan yang sangat konsisten dan cermat dalam mentransformasikan simbol salib ke dalam bentuk horisontal (denah) maupun vertikal (tampak). Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, bangunan gereja bukan hanya sebuah perlambang, namun merupakan karya arsitektur sekaligus seni yang mewakili peradabannya.
Awal arsitektur Kristen dimulai pada sekitar 313 - 800 Masehi dan berkembang serta menonjol di dataran Itali, kemudian merambah sampai ke wilayah Balkan dan Yunani. Kesulitan utama ketika itu adalah memperoleh bangunan tempat ibadah, dikarenakan belum adanya catatan tentang persyaratan maupun peraturan tentang bangunan gereja. Dari berbagai pertimbangan kriteria yang paling menentukan rupanya adalah bangunan yang dapat menampung banyak orang.
Gedung Basilica merupakan bangunan peninggalan arsitektur Romawi yang ketika itu berfungsi sebagai bangunan pengadilan, dipilih dan diputuskan sebagai bangunan gereja.
Bentuk dasar denah Basilica adalah segaris (linier) yang berbasis pada tiga ruang yaitu tengah (utama) dan dua ruang samping yang mengapitnya. Pola ruang ini dengan jelas menampilkan interaksi antara umat dengan imamnya -- sama dengan yang terjadi pada ruang pengadilan ataupun ruang kelas.
Gedung Basilica yang diadopsi untuk kepentingan peribadahan ketika itu merupakan peralihan fungsi pengadilan masa Romawi, sehingga para pakar menyebutkan bahwa masa awal arsitektur Kristen adalah perakitan arsitektur Romawi. Nilai-nilai kesombongan yang ditampilkan melalui skala bangunan di luar skala manusia untuk berbagai fungsi bangunan ketika masa Romawi sangat tepat bagi peruntukan gereja yang mengedepankan skala Tuhan yang agung, sakral, suci, magis, dan religius. Untuk menambah kesan tersebut, oleh para arsitek masa itu interior bangunannya dilengkapi dengan dekorasi berupa hiasan ornamen atau gambar tentang ceria tokoh/pemuka agamanya. Beberapa bangunan gereja yang sangat terkenal ketika masa awal Arsitektur Kristen adalah S. Clemente, S. Appolinare, dan S. Petrus.
Pengaruh-pengaruh
Perjalanan selanjutnya dari bangunan gereja setelah masa arsitektur Kristen awal diwarnai pengaruh arsitektur Byzantium. Pengaruh yang mengedepan adalah adanya warna Asia berupa bentuk-bentuk lengkung, busur, kubah, maupun dinding-dinding masif. Ciri dari pengaruh Byzantium pada bangunan gereja adalah penggunaan dekorasi berupa fresco (teknik lukis cat air pada dinding basah), mozaik, ataupun marmer pada ruang dalamnya. Ciri lainnya yang menjadi identitas dan pengenal utama, digunakannya atap kubah dengan konstruksi pendentive.
Beberapa contoh yang sangat terkenal di dunia untuk karya Byzantium adalah Gereja S. Sophia di Konstantinopel, Gereja S. Vitale di Ravena, dan Gereja S. Minerva Medica di Roma. Ketiga gereja ini menggunakan bentuk dasar denah Salib Yunani (lengan atau transept-nya sama panjang) dengan berbagai variasi setelah melampaui era arsitektur Byzantium bangunan gereja mengalir perkembangannya ke era arsitektur Romanika yang berlangsung sekitar abad IX-XII. Ketika masa ini berlangsung, arsitektur Byzantium masih memiliki peran yang sangat kuat. Terlebih lagi ketika itu daerah-daerah yang dikuasai Roma melepaskan diri. Akibatnya, tradisi masing-masing daerah bangkit kembali mewarnai corak dan ragam arsitekturnya. Menguatnya tradisi setempat ditimpali dengan dibukanya jalur perdagangan laut dan darat ketika itu di Venesia, Ravenna, dan Marseilles. Ini berakibat makin maraknya lintas budaya dengan berbagai pengaruhnya yang akhirnya bermuara pada perkembangan arsitekturnya.
Bentuk dasar denah dengan patrun Salib Romawi merupakan identitas yang lahir dan berkembang pada era Romanika. Citra lainnya yang menjadi identitas dari masa keemasan arsitektur Romanika adalah adanya menara lonceng pada bagian depan maupun pada ujung bangunan, dekorasi hanya pada bagian tampak depan saja, dan mulai diperkenalkannya penggunaan kolom majemuk. Arsitektur Romanika berkembang dengan pesat di wilayah Itali, Perancis, dan Jerman. Karya yang menonjol dan terkenal sampai dengan saat ini adalah S. Peter Roma di Itali.
Seni dan Arsitektur
Dengan semakin dekatnya unsur negara dan gereja, maka gedung pengadilan pemerintah Roma yaitu gedung Basilika digunakan tidak hanya memperkarakan pengadilan sipil saja tetapi juga pengadilan agama, akhirnya kekuasaan politik para kaisar pudar dan gereja berkembang. Selanjutnya Gedung Basilika mejadi dasar perkembangan bentuk gereja di Roma. Seni yang lain juga dikembangkan dengan gereja sebagai pusat perkembangan seni dan budaya serta keagamaan di tiap-tiap kota di Eropa. Kota-kota di Eropa berlomba membangun kompleks gereja atau Katedral.
Karakter Arsitektur
Karakter Arsitektur
Bentuk dasar Arsitektur gereja Kristen Lama mengacu dari bentuk arsitektur Romawi, dimana arsitektur Kristen Lama mengalami evaluasi dalam beberapa tahap. Pengaruh lain secara umum adalah pemakaian altar, yang digunakan sebagai tempat untuk persembahan pada para dewa Romawi, pada masa Kristen lama juga dipakai untuk persembahan suci.
Pemakaian model catacombe, yaitu makam umat Kristen yang terletak pada ceruk-ceruk bukit, merupakan lorong-lorong panjang dan gelap (tempat ini digunakan untuk tempat peribadahan). Pada waktu agama Kristen masih dilarang model ini digunakan bila membangun katedral, maka nama katedral tersebut memakai nama orang yang disucikan dan dimakamkan di situ, sedangkan diatas makam tersebut dibangun altar.
Denah :
Denah :
Bentuk denah Basilika yang dikembangkan dengan menghilangkan salah satu tribun yang berbentuk setengah lingkaran, sehingga tribun yang tinggal dijadikan sebagai suatu pengakhiran yaitu Apse (apsis). Jalan masuk dari tengah/sisi memanjang dipindah ke Barat, sehingga umat yang datang langsung menghadap altar. Sedangkan Nave atau ruang induk (ruang peribadahan) dipisahkan oleh sederetan tiang-tiang yang menopang entablature (balok dengan hiasan berbentuk segitiga diatasnya), atau kalau bentangan lebar, maka deretan kolom memakai bentuk setengah lingkaran diatasnya.
Kemegahan dicapai melalui kesan perspektif memanjang ke arahSanctuan (tempat altar) dan diakhiri oleh Apse di mana tempat Imam berada. Hal yang demikian ini dikomposisikan dengan perbandingan tinggi/rendahnya langit-langit sehingga proporsinya kelihatan lebih panjang dari yang sebenarnya.
Gereja basilica diberi kiblat sehingga pusat perhatian yaitu ½ lingkaran di dalam Apse (apsis) berada di sisi timur ke arah Yerusalem. Pada perkembangan gereja selanjutnya yaitu perluasan dikedua sisi (navis), sehingga denahnya berbentuk salib yang selanjutnya mengawali bentuk poko yang bertahan sampai sekarang.
Meskipun dari luar tampak sederhana namun gereja-gereja yang dibangun masa Kaisar Constantinus (sebelum memindahkan ibukota) memperindah keindahan interiornya. Agama Kristen Lama mengikuti adat Ibrani, yang melarang pemujaan patung maka gerejanya tidak dihiasi patung sebesar manusia yang sebelumnya banyak menghiasi basilica-basilika romawi.
Atap :
Atap ditutup dengan konstruksi kayu yang sederhana, dimana hal ini merupakan tipikal dari arsitektur Kristen Lama. Bentuk keseluruhan secara skyline adalah horizontal dan sederhana.
Dinding :
Pemakaian metode konstruksi dari Romawi, yaitu beton/batu yang diplester dan diberi hiasan ornamen Mosaic yaitu pecahan batuan berwarna-warni memberikan efek estetis dan plastis, sehingga berkesan cerah, merah dan biasanya hiasan tersut menceritakan tentang Nabi Isa As.
Kemegahan dicapai melalui kesan perspektif memanjang ke arahSanctuan (tempat altar) dan diakhiri oleh Apse di mana tempat Imam berada. Hal yang demikian ini dikomposisikan dengan perbandingan tinggi/rendahnya langit-langit sehingga proporsinya kelihatan lebih panjang dari yang sebenarnya.
Gereja basilica diberi kiblat sehingga pusat perhatian yaitu ½ lingkaran di dalam Apse (apsis) berada di sisi timur ke arah Yerusalem. Pada perkembangan gereja selanjutnya yaitu perluasan dikedua sisi (navis), sehingga denahnya berbentuk salib yang selanjutnya mengawali bentuk poko yang bertahan sampai sekarang.
Meskipun dari luar tampak sederhana namun gereja-gereja yang dibangun masa Kaisar Constantinus (sebelum memindahkan ibukota) memperindah keindahan interiornya. Agama Kristen Lama mengikuti adat Ibrani, yang melarang pemujaan patung maka gerejanya tidak dihiasi patung sebesar manusia yang sebelumnya banyak menghiasi basilica-basilika romawi.
Atap :
Atap ditutup dengan konstruksi kayu yang sederhana, dimana hal ini merupakan tipikal dari arsitektur Kristen Lama. Bentuk keseluruhan secara skyline adalah horizontal dan sederhana.
Dinding :
Pemakaian metode konstruksi dari Romawi, yaitu beton/batu yang diplester dan diberi hiasan ornamen Mosaic yaitu pecahan batuan berwarna-warni memberikan efek estetis dan plastis, sehingga berkesan cerah, merah dan biasanya hiasan tersut menceritakan tentang Nabi Isa As.
Adapun perkembangan arsitektur dalam agam islam
Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama Islam, rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul. Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim,berhala, dan beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang penggunaansimbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutamamanusia dan binatang.
Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan wilayah yang sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru, yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu mesjid. Perkembangan mesjid di saat-saat awal ini sangat sederhana sekali, bangunan mesjid tidak lain berupa tiruan dari rumah nabi Muhammad,atau kadang-kadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan yang telah ada sebelumnya, misalnya gereja.
Pada awalnya bangunan Ka'bah terdiri atas dua pintu serta letak pintu Ka'bah terletak di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi. Pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi rasul, dilakukan renovasi pada Ka'bah akibat bencana banjir. Pada saat itu terjadi kekurangan biaya, maka bangunan Ka'bah dibuat hanya satu pintu. Adapula bagiannya yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Ka'bah, yang dinamakan Hijir Ismail, yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Ka'bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya, karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang dimuliakan oleh bangsa Arab saat itu.
Nabi Muhammad SAW pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Ka'bah karena kaumnya baru saja masuk Islam, sebagaiman tertulis dalam sebuah hadits perkataannya: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan aku turunkan pintu Ka'bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Ka'bah", sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Ketika masa Abdullah bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibangun kembali menurut perkataan Nabi Muhammad SAW, yaitu diatas pondasi Nabi Ibrahim. Namun ketika terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan penguasa daerah Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka'bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka'bah berdasarkan bangunan di masa Nabi Muhammad SAW dan bukan berdasarkan pondasi Nabi Ibrahim. Ka'bah dalam sejarah selanjutnya beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan karena umur bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka'bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka'bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.
Tidak sampai dengan seni bangunan saja yang berkembang, segaloa macam hal yang berhubungan dengan arsitektur bangunan juga ikut berkembang Karena pola pikir manusia dan rasa dahaga manusia akan sebuah seni terus berkembang
Gerabah
Dari zaman megalithikum seni gerabah atau tembikar yang terbuat dari tanah liat juga suah berkembang. Orang Yunani Kuno membuat gerabah untuk penggunaan sehari-hari, bukan untuk dipamerkan; piala menang di game, seperti Amphorae Panathenaic (botol anggur), adalah pengecualian. Sebagian besar hidup tembikar terdiri dari kapal minum seperti amphorae, kraters (mangkuk untuk anggur pencampuran dan air), hydria (tempayan air), persembahan anggur kpd dewa mangkuk, teko dan cangkir. guci pemakaman Painted juga telah ditemukan. Miniatur juga diproduksi dalam jumlah besar, terutama untuk digunakan sebagai persembahan di kuil. Dalam periode Helenistik yang lebih luas gerabah diproduksi, tetapi sebagian besar adalah penting artistik sedikit
Pada periode sebelumnya kota-kota Yunani yang bahkan cukup kecil diproduksi gerabah untuk lokal mereka sendiri. Ini bervariasi dalam gaya dan standar. tembikar Ciri-ciri yang peringkat sebagai seni yang diproduksi pada beberapa pulau Aegean, di Kreta, dan di koloni Yunani kaya Italia selatan dan Sisilia. Dengan periode Klasik kemudian Archaic dan awal, namun, dua kekuatan komersial yang besar, Korintus dan Athena, datang untuk mendominasi. gerabah mereka diekspor seluruh dunia Yunani, mengusir varietas lokal. Pot dari Korintus dan Athena ditemukan sejauh jauh seperti Spanyol dan Ukraina, dan sangat umum di Italia bahwa mereka pertama kali dikumpulkan pada abad ke-18 sebagai “vas Etruscan”. Banyak dari pot adalah produk-produk yang diproduksi secara massal berkualitas rendah. Bahkan, pada abad ke-5 SM, gerabah telah menjadi industri dan gerabah lukisan lagi menjadi suatu bentuk seni penting.
Sejarah Yunani Kuno gerabah dibagi Gaya ke dalam periode:
* Yang Protogeometric dari sekitar 1050 SM;
* Yang geometrik dari sekitar 900 SM;
* Akhir geometrik atau Archaic dari sekitar 750 SM;
* Gambar Hitam dari awal abad ke 7 SM;
* Dan Gambar Merah dari sekitar 530 SM.
* Yang geometrik dari sekitar 900 SM;
* Akhir geometrik atau Archaic dari sekitar 750 SM;
* Gambar Hitam dari awal abad ke 7 SM;
* Dan Gambar Merah dari sekitar 530 SM.
Berbagai warna yang dapat digunakan pada pot dibatasi oleh teknologi pembakaran: hitam, putih, merah, dan kuning adalah yang paling umum. Dalam tiga periode sebelumnya, pot dibiarkan warna alami yang ringan, dan dihiasi dengan slip yang menjadi hitam di kiln.
Lukisan
Dari zaman prasejarah tepatnya pada zaman mesolithikum ketika dimana manusia masih tinggal dalam goa – goa sudah di kenal istilah lukisan pada dinding meskipun lukisan tersebut masi sebatas ceplakan telapak tangan pada dinding goa Lukisan juga digunakan untuk meningkatkan aspek visual dari arsitektur. Beberapa bagian dari bangunan candi Yunani biasa dicat sejak periode Archaic. polychromy arsitektur tersebut dapat berupa warna-warna cerah langsung diterapkan batu (dibuktikan misalnya pada Parthenon, atau pola rumit, sering anggota arsitektur yang terbuat dari terakota (Archaic contoh di Olympia dan Delphi) Kadang-kadang,. yang terracottas juga digambarkan adegan figural , seperti halnya abad ke 7 SM metopes terakota dari Thermon.
Patung
patung Yunani Sebagian besar dicat dengan warna kuat dan cerah. Cat itu sering terbatas pada bagian yang menggambarkan pakaian, rambut, dan sebagainya, dengan kulit kiri dalam warna alami batu, tetapi bisa juga mencakup patung-patung dalam totalitas mereka. Lukisan patung Yunani seharusnya tidak hanya dilihat sebagai peningkatan bentuk patung mereka, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda gaya seni. Misalnya, patung-patung pedimental dari Kuil Aphaia pada Aegina baru-baru ini menunjukkan telah dicat dengan pola tebal dan rumit, yang menggambarkan, antara rincian lain, pakaian bermotif. The polychromy patung batu disejajarkan dengan penggunaan bahan yang berbeda untuk membedakan kulit, pakaian dan rincian lainnya di patung chryselephantine, dan dengan menggunakan logam yang berbeda untuk menggambarkan bibir, kuku, dll pada perunggu berkualitas tinggi seperti perunggu Riace.
Metal figurines
Patung terbuat dari logam, terutama perunggu, adalah sangat umum temukan di tempat-tempat suci Yunani awal seperti Olympia, di mana ribuan benda tersebut, sebagian besar menggambarkan binatang, telah ditemukan. Mereka biasanya diproduksi dalam teknik lilin yang hilang dan dapat dianggap tahap inisial dalam pengembangan patung perunggu Yunani. Motif yang paling umum selama periode geometrik adalah kuda dan rusa, namun anjing, ternak dan hewan lain juga digambarkan. Angka Manusia kadang-kadang terjadi. Produksi votives logam kecil terus berlanjut sepanjang zaman Yunani. Di periode Klasik dan Helenistik, patung perunggu lebih rumit, berhubungan erat dengan patung monumental, juga menjadi umum.
The Grain in the Stone Menceritakan tentang arsitektur Bebatuan. Ini menandai pemahaman baru tentang alam, bahwa itu adalah sesuatu yang dapat anda ambil secara terpisah, memahami dan kemudian disatukan kembali dengan cara baru.
Ini memungkinkan munculnya kota-kota, tidak hanya secara fisik dengan menyediakan bangunan yang diperlukan tetapi juga dengan memberikan pemahaman baru tentang masyarakat manusia sebagai sesuatu yang terbuat dari bagian bekerja bersama.
Ini memungkinkan munculnya kota-kota, tidak hanya secara fisik dengan menyediakan bangunan yang diperlukan tetapi juga dengan memberikan pemahaman baru tentang masyarakat manusia sebagai sesuatu yang terbuat dari bagian bekerja bersama.
Sebuah kota terdiri dari orang-orang yang bekerja sama dengan cara tertentu. Secara khusus:
1. Pembagian kerja : seorang pria melakukan satu jenis pekerjaan seluruh hidupnya dan menjadi sangat baik dalam hal itu, bahkan mungkin datang dengan penemuan-penemuan baru. Bukan hanya tukang batu tapi pengrajin lain seperti tembikar, pandai besi tembaga dan penenun.
2. Rantai komando : yang memungkinkan sebuah kota atau orang untuk bertindak sebagai satu dan mencapai hal-hal untuk kebaikan yang lebih besar, seperti pengendalian air dengan irigasi. Informasi datang ke sebuah komandan atau penguasa di pusat dan aliran perintah keluar. Untuk itu untuk bekerja, Anda perlu jalan, jembatan dan pesan.
”Ilmu Arsitektur adalah ilmu yang selalu mengikuti sejarah perkembangan manusia. Sejak jaman manusia purba yang tinggal di goa-goa sampai abad ke-21 yang begitu modern, ilmu tersebut masih terus berkembang. Arsitektur adalah hasil dari “dialog” manusia dengan lingkungannya serta budayanya. Sejarah mencatat beberapa peninggalan sejarah seperti Piramid yang dibangun pada masa Fir’aun di Mesir, Kuil Parthenon yang didirikan sebagai tempat persembahan bagi Dewi Athena di Yunani, Bangunan Colosseum sebagai tempat bertarung para Gladiator di Roma, Italia dan masih banyak lagi peninggalan sejarah arsitektur yang tak ternilai harganya. Pada masa lampau banyak raja, kaum bangsawan, maupun orang-orang berpengaruh yang membuat monumen-monumen untuk diri mereka sendiri. Mereka ingin dikenang bahwa mereka telah mencapai “sesuatu yang besar” melebihi orang lain di jamannya”.
Pada zaman purbakala sekali manusia selalu hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain yang memiliki sumber makanan yang lebih mencukupi, namun lama kelaman manusia sudah mulai hidup menetap dengan membangun rumah sederhana yang hanya beratapkan daun-daun kering. Walaupun demikian berarti ini sudah membuktikan bahwa manusia pada zaman prasejarah sudah mengenal arsitektur walaupun masih sangat sederhana. Kemudian dari rumah yang hanya beratapkan daun-daun itu, manusia pada zaman berikutnya sudah mendirikan rumah yang sudah agak besar, namun atap yang mereka gunakan masih terbuat dari daun-daun kering. Lama kelamaan manusia semakin berkembang dengan pesat sehingga pada zaman berikutnya manusia sudah menggunakan kayu sebagai atap untuk rumah mereka. Dengan menggunakan kayu, keselamatan mereka akan perlindungan mereka sudah mulai terjamin.
Pada dasarnya evolusi budaya-lah yang membuat manusia menjadi yang sekarang ini dengan proses yang panjang dan perkembangan pemikiran manusia yang ingin berubah lebih baik dari sebelumnya. Dengan memanfaatkan imajinasi mereka yang menyebabkan perkembangan ilmu dan teknologi dalam era sekarang ini. Dari sifat manusia yang tidak pernah puas ini, maka manusia akan terus mencari jalan agar manusia dapat mencapai kesempurnaan untuk hal-hal yang mereka inginkan. Sehingga kemajuan arsitektur pun tidak akan terhenti begitu saja. Manusia akan membuat arsitektur yang akan mencatatkan sejarah sebagai arsitektur yang luar biasa di masanya. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana jika bumi kita ini sudah rusak dan lahan kita tidak mencukupi lagi akan bangunan gedung-gedung bertingkat, dimana manusia dapat menciptakan sebuah mahakarya jika sebagian manusianya berada dalam garis kemiskinan dan kehancuran.
Dengan imajinasi dan pemikirin ilmiah manusia yang mendorong perkembangan ilmu dan teknologi dalam era sekarang ini. Dari jaman ke jaman bumi semakin berkembang. Hal ini didukung oleh, manusia yang sudah memiliki pola pikir yang cukup tinggi dan insting yang cukup kuat untuk memajukan dirinya, dan lingkungan yang ditempatinya. Kita sebagai manusia yang menempati lingkungan bumi, kita harus menjaganya dan merawatnya bukan merusaknya. Kita lakukan ini untuk kebaikan bersama agar anak dan cucu kita masi bisa menikmati betap indahnya arsitektur tuhan pada tiap lekukan di permukaan bumi ini.