Selasa, 15 Februari 2011

ilmu dan budaya

Ilmu dan budaya
BAB I
PENDAHULUAN
          Di era globalisasi saat ini semua aspek kehidupan manusia berkembang sangat cepat seiring berjalannya waktu. Mulai dari gaya hidup, kehidupan social, cara bersosialisasi, bahkan ilmu dan kebudayaan juga ikut berkembang pesat. Namun yang menjadi pokok permasalahan iyalah berkembangnya ilmu dan budaya karena berawal dari situlah segala aspek manusia ditentukan. Jika perkembangan ilmu dan budaya mengalami  progress maka akan baiklah segala aspek manusia namun jika perubahan itu mengalami regress maka segala aspek manusia akan jauh dari kata baik.
          Di era globalisasi saat ini ilmu dan budaya berperan penting sabagai pengaman manusia agar tidak menuju perubahan yang tidak baik. Hal ini bukan hanya untuk sekadar dipelajari namun perlu dimaknai, dipahami, dan dipraktikan dalam kehidupan sehari – hari  agar para manusia tidak salah jalan. Awalnya kita harus mengetahui apa itu ilmu dan apa itu buday dan apa keterkaitannya sehingga sangat begitu penting untuk dipelajari secara mendalam. Agar lebih mengatahui apa itu ilmu dan apa itu budaya ada baiknya kita melihat beberapa pengertian baik secara umum atau khusus atau dari beberapa tokoh ternama.
BAB II
ISI
>. Pengertian ilmu
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988)
memiliki dua pengertian, yaitu :
1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya.
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.

1. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis , pengetahuan yang darimana dapat diisimpulkan dalil – dalil dari kaidah – kaidah tertentu ( Nazir, 1988 )
2. konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasikan dan dapat disistemasikan ( shapere, 1974 )
3. pengertian ilmu dapat mencakup logika , adanya intrepetasi subjektif dan konsistensi dengan realitas social ( schulz, 1962 )
4. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis tetapi juga suatu metodologi.

Dari empat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang suatu hal atau fenomena, baik itu menyangkut tentang alam atau social ( kehidupan masyarakat ) yang diperoleh manusia melalui proses berpikir.

>. Pengertian budaya
 Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

          Demikian adalah beberapa pengertian dari ilmu dan budaya. Adapun juga unsur – unsure yang mendasari ilmu dan budaya yaitu

>. Unsur – unsure ilmu
          Ada 4 unsur yang membentuk ilmu yang berdasrkan ilmu psikologi yaitu :
Apersepsi, pengamatan, fantasi dan konsep. Adapun penjelasan dari masing – masing unsur tersebut
Menurut Kuncaraningrat, pengetahuan ialah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otaknya. 
Pengetahuan adalah seluruh penggambaran yang unsur-unsurnya terdiri dari apersepsi, pengamatan, konsep serta fantasi terhadap alam.
Untuk memahami unsur-unsur yang membentuk pengetahuan tersebut, orang Barat menganalisanya dengan ilmu psikologi.
Ilmu psikologi yang bersumber dari Barat bertujuan untuk menganalisa kebiasaan-perilaku atau kepribadian manusia secara individu.
Tidak ada manusia yang sama di dunia, setiap orang berbeda sikapnya menghadapi lingkungannya dan itulah yang disebut sebagai pribadi; sedangkan ilmu antropologi-sosiologi berfungsi untuk menganalisa menguraikan sifat-sifat atau kebiasaan-kebiasaan sekelompok orang.
Pengisian kesadaran otak ini datang dari pancaindera yang menerima gelombang cahaya-warna, getaran akustik, bau, rasa, tekanan-mekanik, suhu, dsb. dari alam sekitarnya. 
Di otak terjadi proses fisik, fisiologi dan psikologi sehingga orang menjadi sadar terhadap keadaan lingkungannya dan hal ini disebut sebagai persepsi.
Contohnya: Ketika seseorang sedang berjalan dipinggir jalan raya, tiba-tiba matanya melihat bak sampah.
Bak sampah itu berisi macam barang bekas seperti kaleng, plastik, bangkai ayam, kucing yang mencari makan dsb.
Setiap orang memiliki pemahaman sendiri-sendiri terhadap bak sampah tersebut. 
Ada yang memahaminya sebagai tempat penularan penyakit. 
Ada yang merasa kasihan kepada kucing dan ada pula yang berpikir petugas kebersihan kota malas dan banyak pemahaman lainnya.
Persepsi ini berbeda dengan rekaman lensa kamera foto yang merekam semua unsur yang ada di depan kamera secara objektif.
Pada manusia sesuatu yang telah dilihatnya, kemudian mata tersebut dipejamkan maka yang tergambar dalam kesadaran orang itu tidak seluruh benda-benda yang telah dilihat tadi, tapi banyak hal-hal yang hilang di dalam kesadarannya.
Ada fokus atau bagian-bagian yang menarik dari persepsi tersebut. 
Orang lalu menghubungkannya dengan penggambaran sejenis yang pernah diterima pada masa lalu, sehingga muncul pemahaman baru samasekali.
Dengan demikian timbul banyak pengertian terhadap yang mula-mula hanya berupa persepsi saja. Keadaan semacam ini di dalam ilmu psikologi disebut sebagai apersepsi.
Apabila individu secara intensif memusatkan akalnya terhadap persepsi yang secara khusus sangat menarik perhatiannya maka kegiatan tersebut dalam psikologi dikatakan sebagai pengamatan.
Misalnya orang tersebut merasa kasihan kepada kucing, dan selanjutnya dia akan mengamati mengapa kucing tersebut berada di situ.
Ketika mengamati keadaan lingkungan, seseorang kadang-kadang melebih-lebihkan atau mengurangi sesuatunya sehingga hal tersebut tidak mungkin terealisasi di alam nyata karena tidak realis, dan aktifitas semacam ini disebut sebagai fantasi. 
Misalnya, bagaimana kalau tempat sampah tersebut langsung dihubungkan dengan pipa yang bertekanan tinggi dan dapat menghisap seluruh sampah di bak sehingga tempat tersebut tidak kotor.
Kemampuan orang untuk membuat konsep dan berfantasi akan mengembangkan daya cipta manusia untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Orang juga menggabungkan dan membanding-bandingkan suatu penggambaran yang sejenis secara mantap dengan metode-metode tertentu sehingga mendapatkan hal yang baru samasekali. 
Penggambaran yang baru ini bersifat abstrak karena belum pernah dialami bahkan mungkin juga belum pernah dilihat dan didatangi.
Misalnya membandingkan bangkai ayam di tempat sampah itu, dengan makanan ular di kebun binatang yang juga ayam mati.
Inilah yang disebut sebagai konsep. 
Kemudian timbul pemikirannya (konsep), mungkin bangkai ayam tadi dapat dikumpulkan dan dijual ke kebun binatang.
Dari uraian unsur-unsur yang membentuk pengetahuan manusia berdasarkan ilmu psikologi Barat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa semuanya berpusat dan bersumber dari kesadaran serta kegiatan otak yang menerima rangsangan dari pancaindera.
Tidak ada disebut-sebut peranan jiwa atau ruh.
Meskipun mengakui adanya psiche manusia, yang sifatnya abstrak tapi psiche ini tidak dapat disamakan dengan jiwa atau ruh di dalam pemahaman bangsa Timur. 
Menurut kepercayaan Timur, ruh atau jiwa adalah badan halus yang juga mengatur perasaan manusia dan membentuk tubuh manusia secara bersama-sama dengan badan kasar.
Otak hanya ada di badan kasar. Badan halus juga menerima hidayah, yang harus diekspresikan di badan kasar, untuk selanjutnya "rasa" ini dibawa naik ke arah atas yaitu ke otak.
Badan kasar serta badan halus yang berisi ruh-jiwa merupakan pasangan yang tidak terpisah selama manusia masih hidup.
Badan kasar serta badan halus ini saling isi mengisi, dan membentuk bit informasi tubuh manusia ibarat lambang 0 dan 1.
Hidayah yang ada di otak berupa kesadaran logika harus bekerjasama dengan hidayah "rasa" yang turun di dada. Bukan saling mengatur seperti yang dipahami oleh budaya Barat.
Hanya sedikit manusia diberi tahu tentang ruh ini.
Oleh sebab itu psiche atau ilmu psikologi tidak dapat diterjemahkan sebagai ilmu jiwa manusia.
Ilmu psikologi dapat dianalisa dengan bermacam-macam teori, diantaranya teori psikoanalisa dari Sigmund Freud. 
Freud berpendapat semua aktifitas psiche selalu dihubungkan dengan kesadaran otak manusia. 
Sedangkan letak ruh diisyaratkan oleh gerakan tangan yang menunjukkan ke "aku"an dengan cara menepuk atau meletakkan telapak tangan di dada sendiri.
Adat yang fungsinya lebih memfokuskan pada aturan bermasyarakat, juga dapat digunakan untuk memahami pandangan falsafah Minang terhadap ilmu pengetahuan atau akal manusia.
Hal ini karena adat itu sendiri merupakan hasil dari aktifitas merasa serta memeriksa yang selanjutnya bertemu di otak, sesuai dengan adagium rasa dibawa naik, periksa dibawa turun. 
Kita tidak boleh menolak ilmu psikologi Barat ini, tapi pakailah petuah:
 "Iya-kan pendapat orang, kerjakan keyakinan sendiri", untuk menyikapi ilmu psikologi ini.
>. Unsur – unsur budaya
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.     Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
§                    alat-alat teknologi
§                    sistem ekonomi
§                    keluarga
§                    kekuasaan politik
2.    Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
§                    sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
§                    organisasi ekonomi
§                    alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
§                    organisasi kekuatan (politik)


>. Syarat – syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1.     Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.    Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.    Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.    Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.


BAB III
KETERKAITAN ILMU DAN BUDAYA
Setelah kita membaca pengertian dari ilmu dan budaya dan beberapa hal yang penting tentang apa itu ilmu dan apa itu budaya kita sudah bisa mengambil garis besar dari hal tersebut. Kedua hal tersebut sangatlah penting dalam kehidupan kita. Dalam hal menjaga aspek kehidupan manusia yang berkesinambungan.
tanpa kita sadari dalam perjalanan hidup kita antara ilmu dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat kuat, tidak hanya sebagai penentu aspek kehidupan manusia namun juga sebagai sebuah satu kesatuan yang berkesinambungan. Mungkin bagi sebagian orang budaya merupakan hal yang tidak mungkin berubah walaupun semuanya berubah, namun di era globalisasi ini segala sesuatu mungkin saja berubah tidak terkecuali budaya.
Ketika sebuah budaya mengalami perubahan atau transisi manusialah yang memiliki andil besar mau mengarah kemana perubahan tersebut, mau diarahkan kearah yang baik kah atau kearah yang buruk. Semua keputusan terletak pada manusia namun tiap individu pasti mengaharapkan sebuar perubahan yang mengarah kea rah yang baik oleh karena itulah manusia perlu sebuah aspek kehidupan yang di sebut dengan ilmu, tanpa ilmu manusia tidak berbuat apa – apa apalagi menentukan arah perubahan sebuah budaya
Ketika budaya mengalami sebuah proses transisi disinilah peran ilmu sangat penting untuk manusia agar dapat menetukan arah perubahan. Ilmu sebagai dasar pola pikiran manusia mengendalikan pola pikir manusia agar berpkir secara dinamis, simple, dan benar dalam mnghadapi perubahan sebuah budaya. Budaya merupakan hal dasar dalam kehidupan manusia, kita ibaratkan kehidupan manusia ini sebagai sebuah rumah yang sedang di bangun, buday itu berupa pondasinya dan ilmu itu sebagai semennya, ketika pondasi di bangun namun tidak diperuat dengan semen akan dipastikan pondasi itu akan mudah hancur dan rumah itu tak akan jadi, sama seperti ilmu dan budaya, ketika budaya sedang transisi namun tidak ada ilmu untuk mengadapi transisi tersebut maka sudah dipastikan arah perubahan tersebut mengarah kea rah yang buruk
Ilmu dan budaya sangat berperan penting dalam aspek kehidupan manusia dan kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Adapun gambaran keterkaitan antara ilmu dan budaya dalam kehidupan sehari – hari, dalam masyarakat yang tinggal di pedasaan dengan wilayah yang cocok untuk bercocok tanam budaya yang berkembang pada masyarkat tersebut adlah kebudayaan agraris. Karena budaya yang mendukung dan wilayah yang memadai untuk brcocok tanam makan ilmu yang berkembang dimasyarakat tersebut ialah ilmu pertanian dan ilmu bercocok tanam. Ilmu pertanian dan ilmu bercocok tanam ini memberikan pandangan dan pola pikir masyarakat terhadap kebudayaan seperti acara adat menyambut masa panen, ritual atas brsyukurnya hasil panen yang melimpah dan lain – lain

BAB IV
PENUTUP
          Ilmu dan budaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mansia dan keduany saling brkaitan. Tidak hanya ilmu yang perlu dipelajari namu juga budaya juga harus dipelajari karena hal ini merupak aspek keseimbangan dalam kehidupan manusia.
          Tidak dapt dipungkiri jika ilmu dan budaya hanay sekedar dipelajari namun tidak dipahami, dihayati, dilestarikan dan dilakukan manusia dalam era globalisasi ini hanya menciptaakn bom waktu yang dapat meledak sewaktu – wakt dan dampaknya tidak hanya sebagian namun seluruh manusia akan merasakan dampaknya

Referensi :